TUGAS DAN PERKEMBANGAN REMAJA
1. Pengertian Remaja
Remaja yang dalam bahasa aslinya adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescence yang artinya “ tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan orang- orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi. Perkembangan lebih lanjut , istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock dalam Asori dan Ali 2011).
Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock 1980) yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, seusia di mana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integritas dalam hubungan sosial yang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini.
Menurut Mappire (Asrori dan Ali, 2011) masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal dan usia 17/18 tahun sampai dengan 22/21 tahun remaja akhir. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mecapai usia 18 tahun dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock dalam Asrori dan Ali 2011). Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah. Dariyo, dkk (2014) berpendapat bahwa masa remaja merupakan tahap perkembangan ketika individu sedang mengalami suatu peralihan dari dunia anak-anak menuju dunia orang dewasa. DepNas (2015) mengatakan bahwa masa remaja adalahmasa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya dalam artian psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan- perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat dari perubahan-perubahanfisik itu.
Ausbel ( dalam Dariyo, 2014) menyebut remaja ada dalam status interim sebagai akibat daripada posisi yang sebagian diberikan oleh orangtua dan sebagian diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual ( pubertas). Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab. Suatu pendidikan yang emansipatoris akan berusaha untuk melepaskan remaja dari status interimnya
supaya ia dapat menjadi dewasa yang bertanggung jawab. Freud (dalam DEPSOS RI, 2015) mengatakan remaja merupakan suatu masa yang meliputi masa perkembangan di mana terjadi perubahan-perubahan dalam hal motivasi seksual, organisasi dari pada ego, dalam hubungan dengan orangtua, orang lain dan cita- cita yang dikejar.
Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Remaja awal berusia 13-16 tahun dan remaja akhir berusia 17-21 tahun.
2. Ciri- Ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. DEPSOSRI (1914) menjelaskan ciri-ciri tersebut :
- Masa remaja sebagai periode yang
Pada masa remaja, baik langsung maupun akibat jangka panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat psikologis. Pada periode remaja kedua-duanya sama-sama penting. - Masa remaja sebagai periode
Peralihan tidak berarti terputus atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. - Masa remaja sebagai periode
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung dengan pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. - Masa remaja sebagai usia
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah pada masa remaja sering menjadi hal yang sulit diatasi oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. - Masa remaja sebagai mencari
Pada awal masa remaja penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Kemudian lambat laun mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dan menjadi sama dengan teman-teman sebayanya dalam segala hal. - Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan
Adanya keyakinan bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja, membuat peralihan ke dewasa menjadi sulit. Hal ini menimbulkan banyak pertentangan orangtua dan anak terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan orangtua untuk mengatasi berbagai masalahnya. - Masa remaja sebagai masa yang tidak
Remaja cenderung memandang dirinya sendiri dan orang lain sebagai mana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistis ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Semakin tidak realistik cita- citanya semakin ia menjadi marah. - Masa remaja sebagai ambang masa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, dan terlibat dalam perbuatan seks.
Menurut Febriasari (2017) proses penyesuaian diri remaja dibagi tiga yaitu:
- Remaja Awal (12-15 Tahun)
Pada masa ini, remaja masih terheran- heran akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan- dorongan yang menyertai perubahan- perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran- pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih- lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
- Remaja madya (15-18 Tahun)
Pada masa ini, remaja sangat membutuhkan kawan- kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman- teman yang punya sifat- sifat yang sama dengan dirinya. Remaja ini berada dalam kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai- ramai atau sendiri. Pada masa ini terjadi pembebasan diri dari Oedipoes Complex dan Ekstra Complex (remaja pria lebih dekat dengan ibu dan sebaliknya remaja wanita lebih dekat dengan ayah).
- Remaja Akhir (18-21 Tahun)
Pada masa ini, remaja sudah mantap dan stabil. Konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu:
- Minat yang makin mantap terhadap fungsi- fungsi
- Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang- orang lain dan dalam pengalaman- pengalaman baru.
- Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi
- Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)
- Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri masa remaja adalah masa remaja sebagai periode penting, periode peralihan, periode perubahan, usia bermasalah, mencari identitas, usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
3. Perkembangan Remaja
Menurut Hartini (2014), perkembangan remaja terdiri atas:
- Perkembangan fisik
Perubahan- perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh. Perubahan- perubahan itu diantaranya:- Perubahan eksternal
- Anak perempuan, rata-rata mencapai tinggi yang matang antara usia 17 dan 18 tahun, sedangkan anak laki-laki setahun setelahnya. Hal ini juga berkaitan dengan masalah imunisasi sejak bayi. Anak yang diberi imunisasi biasanya lebih tinggi tubuhnya dibandingkan bayi yang tidak diberi imunisasi.
- Perubahan berat badan, biasanya bersamaan dengan perubahan tinggi badan. Namun demikian, berat badan tersebar ke bagian-bagian tubuh yang sebelumnya kurang atau sama sekali tidak mengandung lemak.
- Proporsi tubuh. Secara perlahan, berbagai anggota tubuh mencapai proporsi yang sebanding. Contohnya, tubuh melebar dan memanjang sehingga anggota tubuh tidak tampak terlalu panjang.
- Organ seks. Pada akhir masa remaja, organ seks pada laki-laki maupun wanita mencapai ukuran yang sama matang, tetapi sampai beberapa tahun kemudian fungsinya belum matang.
- Ciri-ciri seks sekunder. Pada akhir masa remaja, ciri-ciri seks sekunder yang utama berada pada tingkat perkembangan yang
- Perubahan eksternal
- Perubahan internal
- Sistem pencernaan. Secara umum, perut menjadi semakin panjang dan tidak lagi terlalu seperti pipa usus yang semakin lebih panjang dan besar. Otot-otot di perut dan dinding usus semakin tebal dan kuat; hati semakin berat dan kerongkongan pun semakin panjang.
- Sistem peredaran darah. Selama masa remaja, jantung tumbuh pesat. Pada usia 17 atau 18 tahun, beratnya mencapai 12 kali dari waktu dilahirkan. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan saat jantung sudah mati.
- Sistem pernapasan. Mendekati usia 17 tahun, kapasitas paru- paru anak perempuan hampir matang, sedangkan anak laki-laki baru mencapai tingkat kematangannya beberapa tahun.
- Sistem endokrin. Akibat aktivitas gonad yang meningkat pada masa puber adalah ketidakseimbangan sementara dari selururh sistem endokrin pada awal masa puber. Kelenjar-kelenjar seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran matang sampai akhir masa remaja atau awal masa
- Jaringan tubuh, pada usia 18 tahun, umumnya perkembangan kerangka berhenti. Jaringan, selain tulang, terus berkembang sampai matangnya ukuran tulang, terutama pada perkembangan jaringan otot.
- Pertumbuhan dan perkembangan emosi remaja
Masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa di mana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar (Haryono, 2019). Selama masa remaja, peningkatan hormon dan seksual bisa mempengaruhi kondisi emosional remaja (Hurlock, 2016). Tingginya emosi, terutama dikarenakan anak laki-laki dan perempuan berada di bawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru, sedangkan pada masa kanak-kanak ia kurang siap menghadapi kondisi itu. Walaupun emosi remaja sering menguat, tidak terkendali, dan tampak irasional, umumnya, dari tahun ke tahun mengalami perbaikan perilaku emosional.
- Pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dan sosial
Penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan masa remaja yang paling sulit. Remaja dituntut menyesuaikan diri dengan lawan jenis dan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Agar target sosialisasi dewasa tercapai, berbagai bentuk penyesuaian baru harus ditempuh. Remaja harus berusaha untuk memperbaiki kepribadian yang bertanggung jawab, yaitu pertama, menentukan ide realistis yang mungkin bisa dicapai. Kedua, membuat penilaian yang realistis tentang kekuatan dan kelemahannya. Ketiga, mempunyai konsep diri yang stabil, karena hal ini akan meningkatkan harga dirinya dan meminimalisasi perasaan ketidakmampuannya. Keempat, merasa puas dengan apa yang mereka capai dan mau memperbaiki presatasi pada bidang yang mereka anggap kurang.
Penyesuaian pribadi dan sosial remaja sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sebayanya, karena merupakan lingkungan sosial pertama tempat remaja belajar hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya. Lingkungan teman sebaya merupakan suatu kelompok yang baru, yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan yang ada dalam lingkungan keluarganya. Di tengah teman sebaya, remaja dituntut memiliki kemampuan pertama dan baru dalam menyesuaikan diri dan bisa menjadi landasan untuk menjalin interaksi sosial yang lebih luas pada masa selanjutnya. Benimof (dalam Hurlock, 2016) menegaskan bahwa kelompok sebaya merupakan dunia nyata remaja, yang menyiapkan panggung tempat remaja menguji diri sendiri dan orang lain. Dalam kelompok sebaya, remaja merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, karena remaja mengganggap dirinya dinilai oleh orang yang sejajar dengan dirinya, dan yang tidak memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindarinya. Kelompok sebaya memberikan dunia tempat remaja muda bisa melakukan sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai yang ditentukan oleh orang dewasa, tetapi oleh teman-teman seusianya. Dengan demikian, dalam masyarakat sebaya, remaja memperoleh dukungan untuk memperjuangkan emansipasi dan menemukan dunia yang memungkinkannya bertindak sebagai pemimpin bila mampu melakukannya.
- Pertumbuhan dan perkembangan moral
Salah satu tugas perkembangan penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana sewaktu kecil, termasuk tuntutan moral yang harus dilakukan remaja umumnya. Remaja dituntut mampu mengendalikan tingkah lakunya karena remaja bukan lagi menjadi tanggung jawab orangtua dan guru.
Piaget (dalam Al-Mighwar, 2017) menyebutkan bahwa masa remaja laki- laki dan perempuan sudah mencapai tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif. Remaja mampu mempertimbangkan segala kemungkinan untuk mengatasi suatu masalah dari beberapa sudut pandang dan berani mempertanggungjawabkannya.
Menurut Kohlberg (dalam Hutabarat, 2014) tahap perkembangan moral ketiga, moralitas pascakonvensional (postconventional morality) harus dicapai selama masa remaja. Sejumlah prinsip diterimanya melalui dua tahap; pertama meyakini bahwa dalam keyakinan moral harus ada fleksibilitas sehingga memungkinkan dilakukannya perbaikan dan perubahan standar moral bila menguntungkan semua anggota kelompok, kedua menyesuaikan diri dengan standar sosial dan ideal untuk menjauhi hukuman sosial terhadap dirinya sendiri, sehingga perkembangan moralnya tidak lagi atas dasar keinginan pribadi, tetapi menghormati orang lain.
Upaya remaja untuk mencapai moralitas dewasa; mengganti konsep moral khusus dengan konsep moral umum, merumuskan konsep yang baru dikembangkan ke dalam kode moral sebagai pedoman tingkah laku, dan mengendalikan tingkah laku sendiri, merupakan upaya yang tidak mudah bagi mayoritas remaja. Tidak sedikit dari mereka yang gagal beralih ke dalah tahap moralitas dewas, sehingga baru menyelesaikannya di awal masa dewasa. Selain itu, ada juga remaja tidak hanya gagal, bahkan berani membuat kode moral tidak diterima oleh lingkungan sosialnya.
Berdasarkan beberapa pengertian perkembangan remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan remaja adalah mulai dari perubahan eksternal, perubahan internal, pertumbuhan dan perkembangan emosi remaja, pertumbuhan dan perkembangan kepribadian dan sosial remaja, dan pertumbuhan dan perkembangan moral remaja.
4. Tugas Perkembangan Remaja.
Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan remaja Hurlock (dalam Asrori dan Ali, 2011) adalah :
- Mampu menerima keadaan
- Mampu menerima dan memahami peran seks usia
- Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
- Mencapai kemandirian emosional
- Mencapai kemandirian ekonomi
- Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat.
- Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
- Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.
- Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia dewasa
- Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga
Tugas-tugas perkembangan fase remaja ini amat berkaitan dengan perkembangan kognitifnya, yaitu fase operasional formal. Kematangan pencapaian fase kognitif akan sangat membantu kemampuan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya itu dengan baik. Agar dapat memenuhi dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan, diperlukan kemampuan kreatif remaja. Kemampuan kreatif ini banyak diwarnai oleh perkembangan kognitifnya (Ali dan Asrori, 2011).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan tugas perkembangan remaja adalah : remaja mampu menerima perubahan fisiknya, mampu menerima peran seks pria dan wanita, menjalin hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, mencapai kematangan emosional dan mencapai kemandirian dalam hal ekonomi, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orangtua, mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki dunia dewasa, mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan sehingga mampu memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.
5. Tingkah Laku Menetap pada Remaja
Berdasarkan teori Psikodinamika, Lewin (dalam Hutabarat, 2014) menggambarkan tingkah laku-tingkah laku yang menurut pendapatnya akan selalu terdapat pada remaja:
- Konatif, emosi, afektif dan kepribadian, reaksi- reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil seperti pemalu dan perasa, tetapi sekaligus juga cepat marah dan agresif sehubungan belum jelasanya batas-batas antara berbagai sektor di lapangan psikologis remaja.
- Sosial, remaja terus-menerus merasakan pertentangan antar sikap, nilai, ideologi, dan gaya hidup. Konflik ini dipertajam dengan keadaan diri remaja yang berada di ambang peralihan antara masa anak-anak dan dewasa, sehingga ia dapat disebut manusia marginal (dalam arti: anak bukan, dewasa bukan). Ia jadi tidak punya tempat berpijak yang bisa memberinya rasa aman, kecuali dalam hubungannya dengan teman-teman
- Perilaku kognitif, konflik sikap, nilai dan ideologi tersebut di atas muncul dalam bentuk ketegangan emosi yang meningkat.
- Ada kecenderungan pada remaja untuk mengambil posisi yang sangat ekstrem dan mengubah kelakuannya secara drastis, akibatnya sering muncul tingkah laku radikal dan memberontak di kalangan remaja.
- Bentuk-bentuk khusus dari tingkah laku remaja pada berbagai individu yang berbeda akan sangat ditentukan oleh sifat (Hurlock,2016).
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. dan Asrori. 2011. Psikologi Remaja - Perkembangan Peserta Didik.
Cetakan ketujuh. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Dariyo, Agoes, 2014. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Galia Indonesia.
Departemen Pendidikan Nasional. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3. Jakarta: Balai
Departemen Sosial Republik Indonesia. 2015. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.
Dinas Sosial Republik Indonesia. 2014. Panduan Pelaksanaan Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak Melalui Panti Sosial Asuhan Anak. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesejahteraan Anak.
Febriasari, Ayu. 2017. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja di Panti Asuhan Al-Basri Semarang. Skripsi. Semarang. [Online]. Tersedia: http://www.scribd.com/doc/36996268/22/Penyesuaian- Diri-Remaja-di-Panti-Asuhan (15 Oktober 2011).
Hartini, N. 2014. “Deskripsi kebutuhan Psikologi Pada Anak Panti Asuhan”.
Insan Media Psikologi. Vol 3. No 2. Hal 109-118.
Haryono. 2019. Tugas Perkembangan remaja. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/tugas-perkembangan-remaja/ (15 Oktober 2012).
Hurlock, Elizabeth B. 2016. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
- Child Development (6th edition) [Alih Bahasa Meitas Sari T dan Muslihcah Z]. Jakarta : Erlangga.
Hutabarat, D.B. 2014. Penyesuaian Diri Perempuan Pekerja Seks dalam Kehidupan Sehari-hari. Arkhe (Jurnal Ilmiah Psikologi). Vol9. No2. Halaman 70-81.